Sunday, September 23, 2012

THE SCIENCE OF LUCK

Sabtu, 22 September 2012

Sepulang dari kampus, Aku mampir ke Puri Indah Mall, awal niatnya sih mau main Pump It Up Fiesta EX, tapi yg ada malah ke Gramedia..

Sempat bingung antara mau beli buku 7 Keajaiban Rezeki nya Bang Ippho Santosa atau The Science Of Luck nya Bong Chandra, walhasil Aku memutuskan untuk beli buku yg kedua, selain karna buku yg pertama harganya lebih mahal (hehheehe), Aku memang sejak lama pengen banget punya buku The Science Of Luck..

Dan ternyata, ga nyesal deh belinya, isi bukunya bagus banget, sangat menginspirasi..

Dan Aku jadi tau apa maksud dari judul buku tersebut, yaitu bahwa kita bisa menciptakan keberuntungan kita sendiri secara ilmiah.. Kata "ilmiah" berarti bahwa keberuntungan bukan hanya milik orang-orang tertentu, tetapi milik semua orang yg memiliki pengetahuan untuk menciptakannya..

Keberuntungan adalah sebuah puzzle, tugas kita adalah menyelesaikannya..
LUCK
"L"everage
dibagi menjadi 3 bagian yaitu daya ungkit waktu, daya ungkit nilai, dan daya ungkit manusia..
"U"rgency
adalah sebuah keadaan yg mendesak kita untuk mengeluarkan semua potensi yg kita miliki..
"C"onnect
maksudnya adalah koneksi, yaitu bahwa kita dapat menciptakan keberuntungan kita sendiri melalui perpanjangan tangan orang lain.. Ingatlah selalu bahwa salah satu aset yg paling berharga selain uang adalah hubungan..
"K"nowledge
bahwa keberuntungan akan menghampiri orang-orang yg memiliki kapasitas yg lebih besar..

Dan masih banyak lagi bagian-bagian yg WOW untuk dipaparkan dari buku The Science Of Luck karangan Bong Chandra.. Sungguh Saya tidak menyesal memutuskan membeli buku yg seharga enam puluh ribu rupiah itu..

Mempelajari suatu hal yg baru itu memang menyenangkan yaa :)



with Love,
_FICHRI MAULIDA_

Friday, December 2, 2011

MENYAPA JODOHKU

QS. Al-An'am ayat 59:
"Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya, tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tak diketahui-Nya, tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz)."

 ***

Teruntuk PANGERAN yang namanya tertulis untukku di dalam kitab Lauh Mahfuz..


AssaLaamu'aLaikum wr. wb.

     Kepadamu kukirimkan salam terindah, salam sejahtera para penghuni surga. Salam yang harumnya melebihi kesturi, sejuknya melebihi embun pagi. Salam hangat sehangat mentari waktu Dhuha. Salam suci sesuci air telaga Kautsar yang jika direguk akan menghilangkan dahaga selama-lamanya. Salam penghormatan, kasih, dan cinta yang tiada pernah pudar dan berubah dalam segala musim dan peristiwa.*

     Entah dari mana Aku harus mulai dan menyusun kata-kata untuk mengungkapkan segala perasaan yang ada di dalam dada. Duhai Pangeran yang telah ALLaH swt takdirkan untuk menjalani hidup bersamaku sejak 24 tahun yang lalu, tepatnya pada saat kita 4 bulan berada di dalam kandungan Ibu kita, saat kau baca tulisanku ini anggaplah Aku ada di hadapanmu, menatap mata indahmu, dengan tujuan agar kau merasakan getaran Rindu di dalam hatiku yang ingin segera bertemu denganmu.

     Duhai Pangeran yang Aku tau selalu mendoakanku dari kejauhan dalam setiap sujudmu agar Aku selalu terjaga hingga saatnya tiba untuk dipertemukan denganmu, Aku punya sesuatu untukmu yaitu sebuah Puisi. Meskipun Puisi ini Aku ambil dari sebuah Novel Best Seller, tapi tidak sekalipun mengurangi rasa cintaku terhadapmu. Coba kau baca dan resapi yaaa ^_^

Pangeranku,
Namamu tak terukir dalam catatan harianku
Asal-usulmu tak hadir dalam diskusi kehidupanku
Wajah wujudmu tak terlukis dalam sketsa mimpi-mimpiku
Indah suaramu tak terekam dalam pita batinku
Namun kau hidup mengaliri pori-pori cinta dan semangatku
Sebab
 Kau adalah hadiah agung dari ALLah swt untukku*

     Besok Aku akan berulang tahun yang ke-24.. Kau tau,Pangeran? Doaku yang pertama adalah agar Kita segera dipertemukan oleh ALLaH swt. Aku sudah tak sabar ingin merancang Peta Impian kita berdua dan membangun Istana Cinta untuk tempat tinggal kita menghabiskan waktu bersama yang dipenuhi dengan semangat beribadah dalam mencapai Ridho-Nya, tawa anak-anak kita, serta kebahagiaan, aamiin..

***

Note: * taken from novel AYAT AYAT CINTA karangan Habiburrahman El Shirazy



in My Bedroom
2 Desember 2011, 08:13am



with Love,
_Fichri MauLida_

Wednesday, November 30, 2011

AYO JADI PRIBADI YG PINTAR BERSYUKUR

       Rabu pagi ini diawali dengan turunnya HUJAN. Hujan adalah rahmat ALLaH swt. Hujan juga rezeki, jadi bersyukurlah karna hari ini diawali dengan rezeki.

      Pagi hari memang sangat layak jika kita awali dgn berSYUKUR. Oleh sebab itu, Saya membuat tulisan ini dengan tujuan agar memotivasi diri kita untuk selalu bersyukur.

        Pagi paling kelabu adalah bagi yang tidak menemukan hal untuk disyukuri. Sebab ia tenggelam dalam lautan nikmat, bukannya menyelami. Maka sungguh, kemampuan untuk bersyukur adalah nikmat yang paling agung di antara segala karunia.

  1. Syukuri yang tumbuh memanjang adalah rambut kita, bukan gigi kita..
  2. Syukuri kita diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Coba bayangkan kalau kita diperintahkan untuk memandikan semut..
  3. Syukuri lubang hidung kita menghadap ke bawah, bukan ke atas..
  4. Syukuri mata kita ada di kepala, bukan di ujung kaki kita..
  5. Syukuri ada hukum Gravitasi. Jika tidak, apa jadinya dunia ini?
  6. Syukuri Oksigen yang kita hirup GRATIS. Jika diminta bayar, berapa sudah hutang kita?
  7. Syukuri kita memiliki indera perasa. Jika tidak, maka kita tidak akan tau mana makanan yang lezat.
     Dan masih, masih, Saya yakin masih banyak sekali hal-hal dalam hidup kita yang patut kita syukuri.
Mungkin yang satu ini akan lebih meyakinkan kita untuk selalu bersyukur atas setiap pemberian ALLaH swt kepada kita, yaitu QS. Ibrahim ayat 7:

       Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat."

      So, berSyukurlah lalu berAktivitas dengan ditemani 3S (Senyum, Semangat & Sedekah).
Semoga hari-hari kita selalu penuh dengan keberkahan, aamiin..


in My Bedroom
30 November 2011, 08:14 am



with Love,
_Fichri MauLida_

Monday, November 28, 2011

JILBAB PENDEKAR

     Aku merasa angkot putih C10 ini jalan begitu lambat, lebih lambat dari jalannya siput. Dari tadi kok masih di pertigaan Jambu melulu!


     Kupandang lelaki yang duduk persis di hadapanku. Setengah baya tapi gaya metalnya mirip si Jacky, anak Punk di daerah rumahku. Hus, Aku istighfar dan buru-buru menundukkan pandangan. Tapi mata lelaki berkumis tipis itu kurasakan terus melekat menatapku. Hiiiii, Aku semakin menunduk dalam.

     Di sebelahku duduk wanita ber-you can see everything-ria. Dandanannya yang menor membuatku sedikit silau dan membuatku hampir ingin tertawa, namun kuurungkan niat itu. Apalagi wanita tersebut memandangku tak berkedip. Kesannya memelototiku dari ujung jilbab sampai ujung kaos kaki. Aku segera berpaling.

"Abang, maaf yaaa ..... jalannya bisa cepat sedikit nggak?" tanyaku pelan pada Sopir angkot. "Orangtua Saya di rumah nungguin."
"Neng, ini mah mobil tua. Sabar atuh Neng, yang penting nyampe dengan selamat." jawab Sopir sekenanya.

     Ibu setengah baya yang duduk persis di depan wanita ber-you can see-ria tadi tersenyum kepadaku. Gelang tangannya bergemerincing ketika ia menggerak-gerakkan tangan seraya menyuruhku sabar dengan dialek Sunda yang sangat kental. "Karunya pisan. Makanya Neng, kalau mau pergi kudu bilang dulu ka orangtua!" nasehatnya lagi, seolah mengerti keresahanku.

Aku cengengesan, manggut-manggut.
Pria berkumis tipis dan wanita ber-you can see-ria pun manggut-manggut.

     Jam di tanganku menunjukkan pukul 21:22. Aku baru saja pulang menjenguk teman yang sedang sakit. Berangkatnya sih rame-rame, tapi karna beda arah tujuan, jadilah Aku pulangnya seorang diri. Dan entah kenapa malam ini jalanan terlihat sepi, biasanya daerah ini terkenal macet dan ramai.

      Tiba-tiba kudengar suara keras membentak sopir. Belum sempat kusadari apa yang terjadi, wanita ber-you can see-ria di sampingku telah mengeluarkan pisau dari dalam tasnya!
Sesaat Aku bergidik! Terperangah! AstaghfirullaaH...! Rampok...!
Mata wanita berbelati itu memandangiku, pria metal berkumis, dan Ibu 'gemerincing' di depannya. Dia tidak beraksi sendiri rupanya! Lelaki yang sedari tadi duduk di samping Sopir, ternyata temannya. Kini lelaki itupun tengah menodongkan belatinya ke leher Sopir. Sementara Sopir dengan gemetar dan pasrah menyerahkan uang setoran yang didapatnya sejak tadi pagi.

"Cepat!!!" bentak lelaki itu galak. "Mau saya gores muka kamu pake belati ini, hah!?"
"Serahkan emas Ibu, buruan!" titah wanita perampok itu.
Ibu yang memang gemerlap itu segera melucuti perhiasannya sendiri. Badannya gemetar. Wajahnya merah. Sesak mau nangis.
"Neng, ini...jangan...diam...bil yaa....., ini teh cincin kawin saya," kata Ibu itu ketakutan.
Wanita perampok itu melotot dan merampas cincin yang berusaha dipertahankan si Ibu itu.
"Dompet! Dompet! Semua keluarin dompet! Hayo cepat!"
Lelaki metal berkumis buru-buru menyerahkan dompetnya pada wanita itu sambil mengangkat tangan tinggi-tinggi.
"Jam!" Sekali lagi lelaki itu buru-buru menyerahkan jamnya.
"Dasar lelaki! Gayanya aja metal, tapi pengecut," ledek wanita itu.
"Eh, kamu yang berjilbab! Jangan tenang-tenang aja. Dompet dan jam tangan! Saya tidak takut kualat sama kamu! Ayo serahkan"
Aku diam saja, melihat wajah wanita perampok itu.

      Tiba-tiba lelaki metal berkumis tipis itu, yang memang duduk di dekat pintu bergerak cepat. Bukan, bukan menolong! Ia kabur! Ngibrit!
"Eeeh, saya kejar kamu, baru tau rasa yaa!!!" kata wanita itu. Aku berharap bang Sopir buru-buru tancap gas tapi ..... ternyata tidak! Kini wanita itu duduk maju di dekatku sambil mengawasi Sopir dari belakang. Sekali lagi wanita itu membentakku, Ibu yang baru saja dilucuti tiba-tiba pingsan.
"Heh, kamu budeg yaa!!?"
"AstaghfirullaaH... nyebut,Mbak... Tobat..." kataku pelan.
Dia malah terkekeh dan mendekatkan lagi pisaunya ke wajahku. "Saya bikin bopeng... nyaho kamu!!"
"Nih ambil, Saya ikhlas. Itung-itung sedekah!" ujarku sambil melemparkan dompet tiba-tiba padanya.

     Wanita itu sibuk mengambil dompetku yang jatuh ke bawah jok tempat kami duduk. Secepat kilat satu pukulanku mengenai punggungnya, kemudian tangan kirinya kupelintir ke belakang! Ia berteriak panik! Berusaha meraih pisaunya yang terjatuh. Kurebut pisau itu! Kini Aku balik menyorongkan pisau itu ke wajahnya. "Belum tau dia, sewaktu SD, Aku ini jagonya Tapak Suci, sejenis Karate" ungkapku bangga di dalam hati.
"A...ad...duuuuuuh.. Mamiiiiii...."
"Jangan bergerak kalau kamu ngga mau lihat perempuan ini mati!" kataku pada lelaki di samping bang Sopir yang ikutan panik melihat pukulan Karateku melumpuhkan teman wanita si perampok.
"Neng nyandera dia, saya nyandera bang Sopir!" kata lelaki itu akhirnya. Pisaunya kini ada di leher sang Sopir.
"Neng, aduh tobat abang mah! Lepasin aja... Anak abang banyak,Neng! Uang mah nggak ada artinya,Neng!" rajuk bang Sopir padaku hampir menangis.
Aku bingung. Gimana nih? Sementara 'sandera'ku terus berontak. Akhirnya langkahku selanjutnya adalah mengambil kembali semua barang yang tadi telah diambil wanita perampok itu, tanpa bisa mencegah.
"Lepaskan teman saya!" pinta lelaki perampok itu.
"Lepaskan dulu bang Sopir! Tolooooooooooonggg......!" teriakku sekuat tenaga.
Lelaki perampok itu jadi kalap. Secepat kilat ia berpindah ke belakang dan berusaha menyerangku. Aku menendangnya sambil terus menyadera teman wanitanya dan berteriak minta tolong.
"Bang, jalanin mobilnya,Bang! Bang, jalanin mobilnyaaaaa!" teriakku pada bang Sopir
"A.....bang le....mas se...kali.... Deg-degan,Neng...!" (Deuuu...)

     Sekuat tenaga kutendang lelaki perampok itu. Ia jatuh keluar mobil. Teman wanitanya kuseret pindah ke depan. Kuperintahkan Sopir pindah ke belakang. Ia panik! Kuacungkan pisau, baru si bang Sopir bergerak! (Hehheee, maaf yaa bang :D)
     Lelaki perampok itu menyerangku dengan belati. Beberapa kali tendangan tapak harimau mengaum dan tendangan macan menyapu anginku membuatnya berteriak kesakitan. "Jangan dikira pakai rok panjang nggak bisa nendang yaa," teriakku padanya. Aku memang jika ke mana-mana selalu memakai rok panjang dan celana panjang di dalamnya.
    Lelaki perampok itu terus mendesakku. "Breeeett!" belatinya mengenai teman wanitanya sendiri. Lelaki itu terkejut! Sekuat tenaga kudorong tubuh wanita itu hingga menabrak lelaki perampok itu. Aku segera masuk ke dalam mobil dan berusaha menghidupkan mesin. Lelaki itu mengejarku, berusaha masuk ke dalam mobil juga. Kubanting pintu mobil, dan tangannya terjepit.
Akhirnya mesin hidup juga! Aku segera tancap gas, berlalu dari situ. Lelaki itu berusaha mengejarku, namun gagal para pembaca, hehheeeee..

      AlhamdulillaaH! Kutarik nafas lega. Kulirik lengan bajuku yang sobek dan luka belati memanjang di tanganku. Aku terus mengemudikan mobil dengan kencang.
"Neng....," suara bang Sopir lirih. "Teri...ma...kasih..."
"Bersyukur pada AllaH swt,Bang! Ini!" kataku sambil melemparkan padanya tas berisi uang setorannya yang berhasil kurampas kembali.
"Oh...oh, kumaha? Di...mana abdi teh?" kata Ibu gemerincing yang sudah siuman.
"Kita ke kantor polisi dekat Superindo,Bu!" kataku.
Ibu itu terkejut. "Rampoknya ke mana? Lho... Bang, kok jadi eta budak yang nyetir...aduh..."
"Tenang,Bu. Biar saya belum punya SIM, saya biasa latihan bawa mobil punya om saya," balasku tersenyum.
"O....ow! AstaghfirullaaH! Kulirik jam di tanganku! Aduh Abah, Ummi, ka Fauzi, dan Alma ...... Jam setengah dua belas." HP-ku lowbat di dalam tas.

***

     Pak Polisi di depanku (yang pada pakaian dinasnya bertuliskan FAHMI ALI)  itu memandangku aneh. Ia tersenyum-senyum, manggut-manggut mendengar cerita bang Sopir yang lugu dan cerita si Ibu yang nggak mengaku kalau dia pingsan di jalan. Aku diam saja. Aku cuma ingin cepat pulang.
"Adik ini ikut bela diri?" tanya polisi yang lain.
"Dulu pak, waktu SD." jawabku pendek.
"Apa?" tanyanya lagi.
"Tapak Suci." jawabku.
"Sabuk apa?" 
"Hitam."
"Latihannya di mana? Pelatihnya siapa? Aduh, kamu ini sudah manis, alim ...."
"Aduh, pak polisi ini gimana sih. Saya sudah ceritakan semua ke Bapak. Abang Sopir juga. Ibu Rosa (nama Ibu yang pingsan tadi) juga. Saya mau pulang. Kasihan orangtua saya,Pak." pintaku setengah memaksa.

    Dengan ramah akhirnya pak Polisi bersedia mengantarku pulang. Eh, si Ibu Rosa juga katanya mau tau rumahku, jadi ikut juga mengantarku. Heran...

***

"Kamu ini keterlaluan! Si Ummi dari tadi udah nangis mikirin kamu!" suara Abah. "Pulang-pulang bawa Polisi... Memangnya kesasar gitu?
Ummi memelukku. Adikku ALMA cemberut. Rupanya ka FAUZI  belum pulang, dia masih 'gerilya' mencariku.

     Beberapa Polisi yang mengantarku menceritakan apa yang terjadi. Ummi menutup mulut Beliau yang ternganga dengan kedua telapak tangan. Abah melotot nggak percaya. Aku menguap, ngantuk.
"Aduh,UCI... Kalau kamu tadi mati gimana!?" seru Ummi.
"Syahid, insyaAllaH,Mi.."
"Kamu ini!" timpal Abah.
"Abah, kalau Uci nggak punya bekal sedikit juga Uci mikir," kataku lagi.
"Sebentar,Pak..." pak Fahmi rupanya menerima pesan dari radio tugasnya. "Ya,ya... kami segera ke sana."
"Ada apa,Pak?" tanya Abah.
"Dua penjahat itu sudah tertangkap,Pak. Dengan bantuan informasi dari seorang tukang ojeg," kata pak Fahmi.
"Ini kasus besar neng Uci, karena kedua perampok itu memang sedang jadi tawanan kami. Mereka sering melakukan perampokan di angkot ketika suasana jalan sedang sepi."
Aku diam saja, mengantuk.

***

      Aku baru saja selesai shalat Dhuha, ketika kudengar suasana yang lumayan ramai di ruang tamu. Beberapa kali kudengar namaku disebut-sebut. Kukenakan jilbab dan kaos kaki. Aku bergegas keluar. Lho? Ada sekitar lima orang lelaki dan seorang wanita. Mereka sibuk mengajak ngomong Abah dan Ummi. Aku baru saja mau masuk ke dalam kamar dan meneruskan tidurku, ketika Abah memanggilku.

"Uci, itu tuh ada banyak wartawan!" kata Abah.
 "Apa,Bah? Wartawan?" tanyaku bingung.
"Maksa mau ngomong sama kamu." jelas Abah.
"Soal yang kemarin," timpal Ummi. "Ingat, jangan mau difoto! Nanti kalo ada penjahat yang keki, kamu bisa diudag-udag," kata Ummi mewanti-wanti.

Aku menghampiri para kuli tinta yang bersemangat itu.
"Jadi kamu yang nangkep para perampok itu?"
"Waktu itu kamu dari mana?"
"Kamu sekolah di mana?"
"Saya dari majalah Annuda, mau minta kamu jadi cover majalah bulan ini, boleh?"
"Sejak kapan kamu berjilbab?"
"Saya ingin kamu ceritakan saat kejadian kemarin dengan rinci!"

AstaghfirullaaH..., ini apa-apaan.... (gumamku dalam hati)

"Bagaimana,neng Uci?"
"Kejadian itu cuma kebetulan kok. Semua itu karena kekuasaan AllaH swt. Saya bisa apa sih? Saya mah cuma orang biasa, malu saya, nggak mau masuk koran ataupun majalah." kataku terus terang.
"Tapi kamu begitu berani."
"Pakai jilbab, bela dirinya juga canggih... hebring deh!"

     AstaghfirullaaH, Aku jadi sebel. Namun akhirnya kujawab pertanyaan-pertanyaan mereka sekenanya, dan segera berlalu dari ruang tamu. Na'uudzubillaaH, pujian mereka itu terlalu berlebihan. Aku jadi ngeri, berulang kali Aku beristighfar.

***

     Koran pagi dan koran sore ini banyak memuat berita kejadian yang kualami. Judul beritanya nyentrik-nyentrik:
  • GADIS BERJILBAB MENGGAGALKAN PERAMPOKAN
  • UCI, PAHLAWAN BERJILBAB KITA
  • KARTO DAN SUKMINI KEPALA JEGGER PERAMPOK TERTANGKAP ATAS JASA GADIS BERJILBAB
  • UCI, 17 TAHUN, PENDEKAR BERJILBAB
Aku bengong!

***

     Tulisan ini terinspirasi dari karya mba HELVY TIANA ROSA yang berjudul sama yaitu "JILBAB PENDEKAR" yang berada di dalam buku 'Ketika Mas Gagah Pergi, dan ..... Kembali'

     Tetapi Aku mengadakan sedikit perubahan pada nama tokoh dan alur ceritanya. Yang pasti semoga pesan yang terdapat dalam cerita ini dapat ditangkap oleh para pembaca.





in My Bedroom
28 November 2011, 3:15pm



with Love,
_Fichri MauLida_

BERJILBAB ITU INDAH

Mengapa Saya mengenakan Jilbab?

Alasan PERTAMA: 
   Karena berjilbab adalah perintah AllaH swt dalam QS. Al-Ahzab ayat 59 "Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, 'Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.' Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan AllaH Maha Pengampun, Maha Penyayang."
dan QS. An-Nuur ayat 31 "Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya ..."

Alasan keDUA:
   Karena jilbab merupakan identitas utama untuk dikenali sebagai seorang Muslimah.

Alasan keTIGA:
   Karena dengan berjilbab, Saya merasa lebih aman dari gangguan. Dengan berjilbab, orang akan menyapa Saya "Assalaamu'alaikuum" atau memanggil Saya "Bu Haji" yang juga merupakan do'a. Jadi selain merasa aman, bonusnya adalah mendapatkan do'a. Hal ini akan berbeda bila Muslimah mengenakan pakaian yang 'you can see everything' :D

Alasan keEMPAT:
    Karena dengan berjilbab, seorang Muslimah akan lebih merdeka dalam artian yang sebenarnya. Perempuan yang memakai rok mini di dalam angkot, misalnya, akan resah menutupi bagian-bagian tertentu tubuhnya dengan tas tangan. Nah, kalau Saya naik angkot dengan berbusana Muslimah, Saya bisa duduk seenak posisi Saya. Ayo, lebih merdeka yang mana? :)

Alasan keLIMA:
   Karena dengan berjilbab, seorang Muslimah tidak dinilai dari ukuran fisiknya. Kita tidak akan dilihat dari kurus atau gemuknya kita. Tidak dilihat bagaimana hidung atau betis kita ..... melainkan dari kecerdasan, karya, dan kebaikan hati kita. ^_^

Alasan keENAM:
   Karena dengan berjilbab, kontrol ada di tangan Perempuan, bukan lelaki. Perempuan itu yang berhak menentukan Pria mana yang berhak dan tidak berhak melihatnya.

Alasan keTUJUH:
   Karena dengan berjilbab, pada dasarnya Wanita telah melakukan seleksi terhadap Calon Suaminya. Orang yang tidak memiliki dasar agama yang kuat, akan enggan untuk melamar gadis berjilbab, bukan!?

Alasan Terakhir:
   Karena berjilbab tak pernah menghalangi Muslimah untuk maju dalam kebaikan.

   Oya, berjilbab memang bukanlah satu-satunya indikator ketakwaan, namun berjilbab merupakan realisasi amal dari keimanan seorang Muslimah. Jadi, lakukanlah semampunya. Tak perlu ada pernyataan-pernyataan negatif seperti "Kalau Aku, Hatinya dulu yang dijilbabin." Hati kan urusan AllaH swt, tugas kita beramal saja dengan ikhlas.

***

    Tulisan ini Aku ambil dari bukunya bunda Helvy Tiana Rosa yang berjudul "Ketika Mas Gagah Pergi ... dan Kembali"

   Saat pertama kali membacanya, Aku merasa "disentil" dan merasa perlu untuk share tulisan ini kepada siapapun, dengan tujuan agar yang membacanya juga mendapat motivasi yang kuat untuk berjilbab, dan bagi yang sudah berjilbab semoga tetap istiqomah. aamiin :)


in My Bedroom
28 November 2011, 11:12 am


with Love,
_Fichri MauLida_

Wednesday, September 21, 2011

MANDI TERAKHIR

          Sudah dua pekan ini pekerjaan bertumpuk-tumpuk. Bosku sepertinya tidak bosan-bosan memberi segudang pekerjaan. Yah...resiko profesi. Bukankah itu reward yang Aku terima dari hasil kerja kerasku selama ini? Walaupun Aku harus merelakan buah hatiku melewati waktu-waktu penting bersama baby-sitternya.

"Aisyah, jangan lupa briefing dengan Allete Magazine jam tujuh sekalian breakfast besok di Harris Hotel. Jam sepuluh presentasi rencana launching produk baru Prada. Lunch time bersama Mr. Tony Stark untuk program sosial pembagian kostum Iron Man kepada anak-anak yatim. Jam tiga lihat lokasi pagelaran busana dan ..., ehmm, nanti malam temenin saya nonton konsernya Maher Zain yaa..."

          Aduh, ini Bos atau sekretarisku sih? Enak saja dia bikinin jadwal, padahal agendaku saja sudah penuh terisi. Pussiiiiing...!!
***

"Bunda, mandiin Alif dong..." tiba-tiba saja putraku (ALIF FAHMI) yang baru berusia empat setengah tahun berdiri di ambang pintu kamarku.
"Aduh sayang, besok aja yaa... Bunda buru-buru nih," elakku. Tapi kulihat dia tidak beranjak dari tempatnya berdiri.
"Okedeh, nanti sore Bunda pulang cepat, kita mandi ya sayang," bujukku sambil menariknya ke dalam pelukanku.
"Bener?" tanyanya dengan mata bulat hitamnya.
"Benar sayang... Oh ya, Bunda juga akan belikan kolam yang bagus," rayuku lagi sambil mendaratkan kecupan di keningnya.
"Ah, Bunda lupa yaa? Minggu lalu kan Bunda sudah beliin Alif. Nanti uang Bunda habis lho! Lagian masih di kardus tuh, nggak boleh dibuka kalau mandinya nggak sama Bunda," Aku tertegun.
Benarkah Aku sudah membelikannya?
***

          Ternyata mandi bersama itu tetap saja tertunda, sampai akhirnya siang itu, Sony Ericsson Xperia X10 mini pro ku berkedip-kedip di tengah rapat. Di layar ponsel tertera nama HABIBIE, My husband. What's wrong? Tiba-tiba saja perasaanku sebagai Ibu jadi tak karuan, karna Habibie mengerti benar akan agendaku yang padat seharian di kantor, jadi adalah hal yang penting jika sampai ia meneleponku.
"Ada apa,Hab?" tanyaku perlahan di tengah rapat.
"Qie, segera pulang, Alif sakit." suara suamiku singkat, cepat, dan tergesa-gesa. Tidak biasanya. Sinyal langsung diputus. (Oya, sekedar info untuk pembaca, "Qie" adalah panggilan kesayangan untukku oleh suamiku)
          Dan, setelah linglung sekitar 2 menit, kutinggalkan rapat dan kukemudikan Honda Freed hitamku menuju rumah.
***

          Dari kejauhan kulihat rumahku penuh dengan kerumunan orang. Ada apa? Jantungku berdegup lebih kencang lagi (dag, dig, dug, dug, dig, dag...) lebih tidak beraturan. Aku terkejut melihat baby-sitter anakku berlari menghampiriku yang masih berada di depan garasi rumah, lalu menangis memeluk kakiku, memohon ampun.

"Ibu, maafkan saya tidak bisa menjaga Alif dengan baik. Sudah dua minggu ini Alif maunya dimandiin Ibu, tapi Ibu sibuk terus. Tadi pagi badan Alif panas dan terus menerus memanggil-manggil Ibu, akhirnya......" Baby-sitter anakku tak mampu meneruskan ceritanya ketika suamiku datang dengan mata merah dan sembab tak karuan.

          Seingatku, sewaktu berangkat ke kantor pagi tadi memang badan Alif agak panas. Tapi kupikir cuma karena dia kebanyakan makan ice cream cokelat kesukaannya. Lebih-lebih seharian kemarin, dia asyik bermain dengan sepeda baru yang dibelikan ayahnya. Jadi kupikir, yaa wajar karena kelelahan Alif jadi demam.

"Qie, Alif sudah tidak demam lagi. Alif sudah sehat, Qie," Habibie mencoba menenangkanku.
Aku tidak terima!! Kalau Alifku sudah sehat, mengapa para tetangga berkumpul? Mengapa baby-sitterku histeris begitu? Aku berlari menghambur ke kamar putraku sambil berseru memanggil namanya.
"Alif... ini Bunda, sayang. Bunda pulang, Nak. Jangan pergi, sayang. Ayo kita buka kolam renang birunya, kita isi air sampai penuh. Bunda mau mandiin Alif. Alif jangan pergi, Bunda sudah belikan Handuk Ben 10 seperti pesananmu. Nih, lihat! Alif bangun sayang, ini Bunda. Maafkan Bunda, sayang...." ceracauku tiada henti.

Aku terus berusaha membangunkan Alif. Aku guncang-guncangkan tubuhnya. Aku peluk, mencoba memberi kehangatan untuk tubuhnya yang semakin dingin.
"Aliiiif..... Aliiiiif..... Alif....." Aku terus meratap penuh sesal.
"Ayo Qie, kita mandikan Alif bersama," ajak suamiku perlahan mengambil Alif yang sudah terbujur kaku di pelukanku.
***

EPILOG

          Cerpen ini kubuat karna TERINSPIRASI oleh tulisan mba Asma Nadia yang berjudul "BUNDA BEKERJA ATAU DI RUMAH?" dalam buku Sakinah Bersamamu nya.

         Biasanya beberapa alasan yang menyebabkan wanita memilih menjadi wanita karir, diantaranya adalah penghasilan suami yang belum memadai, sehingga merasa perlu bekerja agar keuangan keluarga bisa tercukupi. Bekerja bagi sebagian wanita juga bisa diartikan untuk menambah wawasan, menambah pengalaman, menarik juga karna mau ngga mau berhadapan dengan banyak manusia. Seperti tokoh cerpen saya di atas (Aisyah). Suaminya seorang Direktur Perusahaan Pengadaan dan Pengembangan Lab Bahasa, dia punya rumah pribadi dua lantai dengan perlengkapan lengkap di dalamnya (mulai dari tusuk gigi sampai mesin cuci, hehheeee...), punya 2 mobil, 1 motor, 2 sepeda, 1 Baby-sitter, 2 pembantu, dan 1 tukang kebun (MasyaALLAH, sepertinya ini mah harapan si Penulis, hehheee, aamiin yaa Rab ^_^), tapi Aisyah tetap memilih untuk bekerja menjadi wanita karir (Eits, tapi untuk Penulis, cukup jadi PNS Guru Bahasa Inggris aja deh, aamiin).
          Dan tidak sedikit pula yang memilih menjadi wanita karir ketimbang ibu rumah tangga, lebih karna menghindari kejenuhan dan suasana di rumah yang melulu itu-itu saja.
So, saya bertanya, mau jadi apa kita? (kita? Lo aja kali, gua ngga, hehheee, keingetan gaya murid-muridku :p) Menjadi wanita karir kah atau Ibu rumah tangga kah?
          Namun, menjadi ibu rumah tangga tidak perlu merasa rendah diri, apalagi hidup dengan perasaan iri hati kepada para ibu yang bekerja. Sebab hal yang tak bisa dinilai dengan apapun adalah jika kita bisa memberi perhatian pada anak, sehingga anak tumbuh dan berkembang dengan baik, serta tujuan membentuk keluarga yang sakinah dapat tercapai. Jangan sampai terjadi penyesalan seperti cerita saya di atas.

          Terakhir dari saya, jadi Mommies yang bekerja atau Mommies rumahan, apapun, jika dijalani dengan keikhlasan dan tetap dalam rambu-rambuNya, semoga bernilai ibadah yang menjadi tambahan kebaikan bagi bekal kita saat menghadapNya. Ayo pembaca, bilang aamiin...
in My Bedroom
Rabu, 21 September 2011
12:55pm


with Love,
_Fichri MauLida_

Tuesday, September 20, 2011

LAMARAN THE 3 MUSKETEERS


          Rena sedang bingung. Tiga cowok mendadak melamarnya pada saat yang hampir bersamaan. Tidak ada kebingungan yang membingungkan selain kebingungan menentukan pilihan...

         Cowok pertama, YUDI, dikenalnya pas nonton Duo Maia nyanyi di panggung utama Pekan Raya Jakarta (PRJ) di Senayan. Waktu itu Yudi yang asyik merekam pake Handycam, ga sengaja menginjak kaki Rena yang memakai sandal imut bergambar sapi (secara Rena kan paling suka sama sesuatu yang ber-Icon sapi).
"Aduuuh!!!" teriak Rena kesakitan. Yudi menoleh. Mata mereka bersitatap, Yudi pun terpana. "Hati-hati dong, kaya kamu aja yang pengen lihat Duo Maia tampil. Belum pernah kelilipan ciki yaa!?" marah Rena sambil nyodorin seplastik Ciki yang baru saja dibelinya (bagi yang pernah ke PRJ, pasti tau ciki yang Penulis maksud ^_^)
Yudi tersenyum tapi heran. "Ciki??? Saya Yudi, senang dapet ciki dari kamu.." jawab Yudi yang mengira bakal dikasih ciki sama Rena (efek salah dengar karna faktor kebisingan di sekitar, hehhee..) "Emm, kaki kamu ga apa-apa kan...?" lanjut Yudi.

          Mendengar suara dan tatapan lembut Yudi, sebenarnya Rena agak kelepek juga. Udah lebih dari 2 tahun dia haus akan kasih sayang seorang kekasih. Tapi dia harus JAIM dong, alias Jaga Image dan Jaga Iman. Rena menggoyang-goyangkan 10 jari kakinya dengan lentur. "Nggak apa-apa tuh...!"
Yudi memperhatikan wajah Rena dengan seksama, di pikirannya: Hidungnya mancung banget nih cewek, tahi lalat di bawah mata kanannya, maniiis...
(Hahhaaa, Penulis NARSIS! Ga apa-apa dong, kan di Blog sendiri, hehheee..)
Sedangkan Rena menganalisis pribadi Yudi:
Hmmm, cukup menyenangkan, sepertinya orangnya loyal, tapi sayang doi kurang tinggi deh untuk Aku...

"Cowok kamu mana?" tanya Yudi.
Rena menggeleng kuat-kuat.
"Belum punya cowok tuh! Kenapa? Emang kamu mau jadi cowok Aku ya?" jawab Rena sok PD.
"Eng...." belum sempat Yudi melanjutkan ucapannya, tiba-tiba Rena berkata, "Aku ga niat punya cowok, Aku mau langsung nikah aja."
"Memang kapan kamu mau nikahnya?" tanya Yudi kembali.
"Mungkin tahun depan.. Aku sih berharap ketika Aku dapat Ijazah S1 plus dapat Ijab sah." jawab Rena dengan mantap.
"Kalau gitu, boleh dong Aku nunggu kamu?" goda Yudi penuh harap.
Rena hanya tersenyum tersipu malu.

           Kemudian keduanya tukeran nomor HP dan akun Facebook. Nah, sejak itulah mereka berdua dekat dan selalu keep contact entah via sms ataupun chat. Yudi yang seorang Ahli Programmer dan berkumis tipis itu merasa menemukan keceriaan bersama Rena. Dan tepat 10 hari setelah perkenalan itu, Yudi meminta Rena untuk menjadi istrinya. Tapi dasar Rena yang jinak-jinak merpati, lamaran digantung begitu saja kaya menggantung handuk di tiang jemuran. Sikap yang mana bikin cowok geregetan sekaligus pengen nonjok, hehheee...
***

          Tak lama berselang hadir cowok kedua,
IRWAN. Cowok yang bekerja di salah satu perusahaan Asuransi Swasta terkemuka ini berperawakan tinggi kurus, paling suka begadang, perokok berat, dan agak Playboy. Ketemuannya di sebuah Rumah Makan Betawi.

         Rena sengaja mampir ke rumah makan tersebut untuk membeli soto betawi, karna dia tau pada hari itu Ibunya masak masakan yang dia tidak selera. Waktu itu Rena baru pulang kuliah sambil nenteng buku banyak banget (repot deh pokoknya).

         Tiba-tiba Rena melihat anak yang punya rumah makan tersebut, yang baru belajar merangkak, hendak mengambil mobil-mobilannya yang terlempar ke kolong meja. Tapi sayang, sebelum niatnya kesampaian, buku-bukunya jatuh berserakan di lantai. Irwan refleks berusaha menolong merapikan buku-buku Rena yang berjatuhan. Tangannya gak sengaja bersentuhan dengan tangan Rena. Ada sedikit rasa 'serrr' mengalir di hati Rena. Tapi pas Rena mendongak, matanya kelilipan (maklum karna rumah makan betawi terletak di pinggir jalan). Dia mengedip-ngedip. Ting! Sebuah kedipan yang dimaknai 'undangan' oleh Irwan.
"Boleh tau nomor HP kamu?" Irwan mulai menebar senyuman buayanya.
"Apa...?" jawab Rena lugu, tangannya tak henti mengucek-ngucek mata.

          Irwan pelan-pelan mendekat hendak meniup mata Rena. Niat itu secara refleks ditepis Rena. Irwan pantang mundur. Dengan gaya lembut dia coba mendekat lagi. Alih-alih berakhir Romantis, Irwan malah mendapati bunyi PLAK! pada pipinya. (Maaf, ini kepentingan alur, aslinya sih Penulis ga akan pernah melakukan itu ke siapapun!!)
Irwan tersentak. "Wow! Kamu sensasional sekaleee...!" puji Irwan spontan sembari mengelus pipinya yang jadi ungu.

          Tiga hari kemudian, Irwan yang berhasil mendapatkan nomor HP Rena dari pemilik rumah makan betawi (secara Rena kan pelanggan setia rumah makan itu, sampai pernah pake jasa Delivery segala lagi), sering mengirim ungkapan-ungkapan cinta kepada Rena. Mulai dari memanggilnya 'Cantik' hingga rayuan gombal lain yang pada umumnya dapat meluluhkan hati wanita.

          Suatu siang, Irwan menelepon. "
Gimana, Ren? Aku butuh kepastian kapan kita bisa jalan-jalan ke KUA? Ini bukan iseng. Aku serius cari Istri, dan Aku menemukan kecocokan denganmu. Apa jawabanmu?" tanya Irwan penuh harap.
Zzz,,,zzz,,,Zzzz,,, Rena malah ketiduran karna kekenyangan sehabis menyantap nasi soto betawi yang dikirimkan Irwan sebelumnya, beserta sebatang cokelat, dan ice cream ukuran 1 liter. Dan.... -plip- keputus deh teleponnya. Maka benar adanya kata-kata bijak yang berbunyi: "Makanlah ketika kau lapar dan berhentilah sebelum kau kenyang" :D

          Tapi bagi Irwan, isyarat penolakan itu berarti tantangan. Dan untuk mendapatkan kepastian butuh pengorbanan.
***

          DONI adalah cowok ketiga. Blasteran Tegal dan Betawi ini stereotip manusia yang resah dengan kehidupan sekaligus pasrah pada kehendak Tuhan YME.
Intinya: Sholeh tapi Gaul.

          Doni yang menjadi Guru Komputer ini muncul ketika Rena sedang bingung hendak berangkat ke Kampus naik apa, busway kah atau ojeg kah?
Yapz! Memang sebelumnya Rena sudah berteman dengan Doni di Facebook, hubungan mereka hanya sebatas percakapan lewat chat atau comment status, itupun tidak intens.

          Ketika Rena sedang online, kebetulan sekali Doni pun sedang online. Berawal dari iseng dan hendak nge-tes cowok itu, Rena pun meminta Doni untuk mengantarnya ke Kampus. Ternyata, tanpa disangka, Doni menyanggupi permintaan Rena (apa semua cowok kalau ada maunya, pasti selalu meng-Iya-kan permintaan cewek yaaa? *MikirModeOn*).
Singkat cerita, berangkatlah mereka ke Kampus Rena tercinta.

         Keesokan harinya, ketika keduanya sedang online, Doni memulai chat-nya kepada Rena:
Doni
Hai, lg pa nih? Udh mkn blm? -ping-
Rena:
Hai juga, lg iseng OL, blm mkn -ping-
DoniIiih, makan dong, jangan telat makan coz nti sakit loh.. kalo kmu sakit, aq sedih.. -ping-
Rena
Aduh, Rayuan Gembel yaa, hehheee :p -ping-
Doni:  
Oya, aq mau jujur sm kmu, stiap aq shalat minta pendamping hidup ke ALLAH, entah knp nama kmu yg slalu tbersit di benakku.. -ping-
Rena: (Haaah, yg bener aje, sedetik pun gue ga pernah kepikiran elo.. *MupengModeOn*)
Rena hanya terdiam, sampai muncul chat Doni berikutnya..
Doni
Kok ga di bls? Gmn, aq boleh kan jd pendamping hidup kmu? -ping-
Akhirnya Rena memutuskan utk Go Offline..
***
EPILOG

          Cerpen ini Aku buat atas respon ketidakpercayaanku dan kebingunganku akan "Lamaran" dari 3 Cowok kepadaku beberapa pekan terakhir ini. Entah mereka sedang mengetesku atau mereka hanya iseng saja atau memang lamaran itu datang dari lubuk hati mereka. Jika Iya, wah, rugi dong Aku coz Aku pernah baca di suatu buku, dalam buku itu menjelaskan:
"Kadang Tuhan membiarkanmu melakukan beberapa kesalahan sebelum kamu melakukan sebuah kebenaran..
Kadang Dia juga menyediakan beberapa kesempatan sampai kamu menyadari bahwa salah satunya adalah benar-benar milikmu.."

Hmmm, wallaaHu a'lam bish showaab..
Yang Aku yakini adalah, ALLAH swt telah mempersiapkan seseorang yg baik untukku dan waktu yang tepat untukku bertemu dengannya. Ya, Aku yakin sekali itu.
Oya, nama-nama Tokoh di cerpenku ini BUKAN nama asli loh yaa.. Sekalipun ada kemiripan nama tokoh, tempat, atau alur cerita, yaaa Aku mohon maaf :D



in My bedroom,
Selasa, 20 September 2011
00:07am
with Love,
_Fichri MauLida_