Lagi-lagi putra sulungku (ALIF FAHMI) ngadat. Bangun pagi mesti dipaksa. Lantaran semalam keasyikan main games sampai larut malam dgn suamiku. Masa sih anak 7 tahun 5 bulan tidur jam sebelas malam? Hhhhh... Kalau Alif dan suamiku sedang main bersama, ada kucing terbang pun takkan mereka hiraukan.
"Ayo dong sayang bangun, sudah jam berapa nih? Mau bareng sama Ayah nggak?" aku mencoba membangunkan Alif yg masih asyik memeluk guling dan terbenam di bawah selimut bergambar Astro Boy, tokoh kartun kesayangannya.
"Ah,Bundaaa.... Alif kan masih ngantuk."
"Lho, lagian siapa yg suruh tidur larut malam?"
"Tapi kok Ayah kalau pulang malam, bangunnya boleh siang-siang? Kalau Alif nggak boleh?" celotehnya sambil memeluk erat-erat gulingnya.
"Ayah kan bisa memantau perusahaannya dari rumah,Sayang. Sedangkan Alif kan harus sekolah. Katanya mau jadi Astronot? Mana ada Astronot bangun kesiangan? Pesawat luar angkasanya keburu pergi duluan deh ke Jupiter," jawabku sambil terus menepuk-nepuk pipinya.
"Ah,Bunda.... Alif nggak mau jadi Astronot lagi. Alif MAU JADI TUKANG SAMPAH aja!""Ayo dong sayang bangun, sudah jam berapa nih? Mau bareng sama Ayah nggak?" aku mencoba membangunkan Alif yg masih asyik memeluk guling dan terbenam di bawah selimut bergambar Astro Boy, tokoh kartun kesayangannya.
"Ah,Bundaaa.... Alif kan masih ngantuk."
"Lho, lagian siapa yg suruh tidur larut malam?"
"Tapi kok Ayah kalau pulang malam, bangunnya boleh siang-siang? Kalau Alif nggak boleh?" celotehnya sambil memeluk erat-erat gulingnya.
"Ayah kan bisa memantau perusahaannya dari rumah,Sayang. Sedangkan Alif kan harus sekolah. Katanya mau jadi Astronot? Mana ada Astronot bangun kesiangan? Pesawat luar angkasanya keburu pergi duluan deh ke Jupiter," jawabku sambil terus menepuk-nepuk pipinya.
"Lho, kenapa?" aku terkejut mendengar jawabannya.
"Iya, kata Bunda kan semua pekerjaan itu baik, kecuali mencuri dan menipu. Nah, Alif mau jadi tukang sampah aja, ah! Boleh kan,Bun? Seperti pak Sadip. Kan Bunda bilang, pak Sadip itu baik. Kalau nggak ada pak Sadip, lingkungan kita jadi kotor dan bau. Sudah yaa Bun, Alif mau tidur lagi nih," rengeknya sambil membalikkan badan mengambil posisi yg lebih nyaman untuk melanjutkan tidurnya.
Untuk beberapa saat aku tak mampu berkata-kata. Alifku mau jadi tukang sampah??? Yang benar saja, ah! Aku ingat dia pernah bertanya tentang macam-macam profesi berkaitan dengan cita-cita yg sedang diminatinya.
Kenapa harus ada Presiden? Kenapa harus ada tentara? Profesor itu orang pintar yaa,Ayah? Ahli Hukum itu apa sih? Jadi Artis enak kali yaa,Bun? Terkenal dan banyak uang. Alif mau jadi artis, ah! Dokter itu tukang suntik ya,Bun? Jadi Guru ga enak, muridnya suka nakal. Supir Mikrolet itu gajinya gede nggak yaa? Kenapa harus ada Polisi? Kalau nggak ada tukang sampah, kan kita bisa bersihin sendiri!? Penjual Sayur kenapa harus keliling? Pembantu itu boleh nggak dimarahin? Kan sering disuruh-suruh Bunda, Bunda itu Ratu yaa?
Waaah... pendeknya bikin pusing tujuh keliling deh. Ada-ada saja kesibukan otaknya. Tau-tau ada saja yg terlontar dari pikirannya jadi pertanyaan yg --biasanya-- sukar utk dijawab. Maksudku, dijawab dgn tepat dan bijak, tentunya.
Keesokan harinya sepulang sekolah....
"Bunda, tadi Alif ketemu pak Sadip dan sempat ngobrol. Ternyata pak Sadip dulu sekolahnya sampai SMP kelas dua, lho! Terus Alif tanya, kenapa kok jadi tukang sampah? Sampah kan kotor dan sarang penyakit. Pak Sadip bilang karena orangtuanya nggak mampu nyekolahin lagi. Adiknya pak Sadip banyak, jadi dia berhenti deh sekolahnya. Pak Sadip juga bilang, kerja apa saja yg penting halal. Makanya Alif disuruh belajar yg rajin biar jadi orang pinter, orang berilmu. Pak Sadip tanya, kalau sudah besar Alif mau jadi apa? Alif bilang, Alif mau jadi Astronot!" ceritanya panjang lebar.
Aku tersenyum dan diam-diam mengucapkan terima kasih pada pak Sadip dalam hati.
"Eh ya,Bun. Ayah sama Bunda sanggup kan nyekolahin Alif sampai jadi Astronot?" lanjut putraku yg tampan seperti Ayahnya (Lagi-lagi, penulis ngarep.com nih, hehheeee, aamiin..)
"Insya ALLAH sayang.. Sekarang yg penting Alif yg rajin belajarnya yaa.." jawabku meyakinkannya. "Ganti bajunya yaa, shalat zhuhur, lalu kita makan siang bareng" lanjutku.
"Alif mau mandi dulu, boleh ga Bunda? Gerah banget nih.." pintanya dengan manja.
"He,eh... Alif bau kecut nih," godaku sambil menutup hidung pura-pura kebauan.
"Biarin bau kecut, asal bukan pengecut," balasnya membela diri.
"Iya deh.. Anak Bunda hebat.." pujiku sambil mengacungkan dua jempol.
Terima kasih yaa Rabb, atas anugerah yg kau titipkan padaku dan suamiku ini, gumamku bersyukur dalam hati.
Best regards,
_Fichri MauLida_
Kenapa harus ada Presiden? Kenapa harus ada tentara? Profesor itu orang pintar yaa,Ayah? Ahli Hukum itu apa sih? Jadi Artis enak kali yaa,Bun? Terkenal dan banyak uang. Alif mau jadi artis, ah! Dokter itu tukang suntik ya,Bun? Jadi Guru ga enak, muridnya suka nakal. Supir Mikrolet itu gajinya gede nggak yaa? Kenapa harus ada Polisi? Kalau nggak ada tukang sampah, kan kita bisa bersihin sendiri!? Penjual Sayur kenapa harus keliling? Pembantu itu boleh nggak dimarahin? Kan sering disuruh-suruh Bunda, Bunda itu Ratu yaa?
Waaah... pendeknya bikin pusing tujuh keliling deh. Ada-ada saja kesibukan otaknya. Tau-tau ada saja yg terlontar dari pikirannya jadi pertanyaan yg --biasanya-- sukar utk dijawab. Maksudku, dijawab dgn tepat dan bijak, tentunya.
Keesokan harinya sepulang sekolah....
"Bunda, tadi Alif ketemu pak Sadip dan sempat ngobrol. Ternyata pak Sadip dulu sekolahnya sampai SMP kelas dua, lho! Terus Alif tanya, kenapa kok jadi tukang sampah? Sampah kan kotor dan sarang penyakit. Pak Sadip bilang karena orangtuanya nggak mampu nyekolahin lagi. Adiknya pak Sadip banyak, jadi dia berhenti deh sekolahnya. Pak Sadip juga bilang, kerja apa saja yg penting halal. Makanya Alif disuruh belajar yg rajin biar jadi orang pinter, orang berilmu. Pak Sadip tanya, kalau sudah besar Alif mau jadi apa? Alif bilang, Alif mau jadi Astronot!" ceritanya panjang lebar.
Aku tersenyum dan diam-diam mengucapkan terima kasih pada pak Sadip dalam hati.
"Eh ya,Bun. Ayah sama Bunda sanggup kan nyekolahin Alif sampai jadi Astronot?" lanjut putraku yg tampan seperti Ayahnya (Lagi-lagi, penulis ngarep.com nih, hehheeee, aamiin..)
"Insya ALLAH sayang.. Sekarang yg penting Alif yg rajin belajarnya yaa.." jawabku meyakinkannya. "Ganti bajunya yaa, shalat zhuhur, lalu kita makan siang bareng" lanjutku.
"Alif mau mandi dulu, boleh ga Bunda? Gerah banget nih.." pintanya dengan manja.
"He,eh... Alif bau kecut nih," godaku sambil menutup hidung pura-pura kebauan.
"Biarin bau kecut, asal bukan pengecut," balasnya membela diri.
"Iya deh.. Anak Bunda hebat.." pujiku sambil mengacungkan dua jempol.
Terima kasih yaa Rabb, atas anugerah yg kau titipkan padaku dan suamiku ini, gumamku bersyukur dalam hati.
Best regards,
_Fichri MauLida_
No comments:
Post a Comment