Wednesday, September 21, 2011

MANDI TERAKHIR

          Sudah dua pekan ini pekerjaan bertumpuk-tumpuk. Bosku sepertinya tidak bosan-bosan memberi segudang pekerjaan. Yah...resiko profesi. Bukankah itu reward yang Aku terima dari hasil kerja kerasku selama ini? Walaupun Aku harus merelakan buah hatiku melewati waktu-waktu penting bersama baby-sitternya.

"Aisyah, jangan lupa briefing dengan Allete Magazine jam tujuh sekalian breakfast besok di Harris Hotel. Jam sepuluh presentasi rencana launching produk baru Prada. Lunch time bersama Mr. Tony Stark untuk program sosial pembagian kostum Iron Man kepada anak-anak yatim. Jam tiga lihat lokasi pagelaran busana dan ..., ehmm, nanti malam temenin saya nonton konsernya Maher Zain yaa..."

          Aduh, ini Bos atau sekretarisku sih? Enak saja dia bikinin jadwal, padahal agendaku saja sudah penuh terisi. Pussiiiiing...!!
***

"Bunda, mandiin Alif dong..." tiba-tiba saja putraku (ALIF FAHMI) yang baru berusia empat setengah tahun berdiri di ambang pintu kamarku.
"Aduh sayang, besok aja yaa... Bunda buru-buru nih," elakku. Tapi kulihat dia tidak beranjak dari tempatnya berdiri.
"Okedeh, nanti sore Bunda pulang cepat, kita mandi ya sayang," bujukku sambil menariknya ke dalam pelukanku.
"Bener?" tanyanya dengan mata bulat hitamnya.
"Benar sayang... Oh ya, Bunda juga akan belikan kolam yang bagus," rayuku lagi sambil mendaratkan kecupan di keningnya.
"Ah, Bunda lupa yaa? Minggu lalu kan Bunda sudah beliin Alif. Nanti uang Bunda habis lho! Lagian masih di kardus tuh, nggak boleh dibuka kalau mandinya nggak sama Bunda," Aku tertegun.
Benarkah Aku sudah membelikannya?
***

          Ternyata mandi bersama itu tetap saja tertunda, sampai akhirnya siang itu, Sony Ericsson Xperia X10 mini pro ku berkedip-kedip di tengah rapat. Di layar ponsel tertera nama HABIBIE, My husband. What's wrong? Tiba-tiba saja perasaanku sebagai Ibu jadi tak karuan, karna Habibie mengerti benar akan agendaku yang padat seharian di kantor, jadi adalah hal yang penting jika sampai ia meneleponku.
"Ada apa,Hab?" tanyaku perlahan di tengah rapat.
"Qie, segera pulang, Alif sakit." suara suamiku singkat, cepat, dan tergesa-gesa. Tidak biasanya. Sinyal langsung diputus. (Oya, sekedar info untuk pembaca, "Qie" adalah panggilan kesayangan untukku oleh suamiku)
          Dan, setelah linglung sekitar 2 menit, kutinggalkan rapat dan kukemudikan Honda Freed hitamku menuju rumah.
***

          Dari kejauhan kulihat rumahku penuh dengan kerumunan orang. Ada apa? Jantungku berdegup lebih kencang lagi (dag, dig, dug, dug, dig, dag...) lebih tidak beraturan. Aku terkejut melihat baby-sitter anakku berlari menghampiriku yang masih berada di depan garasi rumah, lalu menangis memeluk kakiku, memohon ampun.

"Ibu, maafkan saya tidak bisa menjaga Alif dengan baik. Sudah dua minggu ini Alif maunya dimandiin Ibu, tapi Ibu sibuk terus. Tadi pagi badan Alif panas dan terus menerus memanggil-manggil Ibu, akhirnya......" Baby-sitter anakku tak mampu meneruskan ceritanya ketika suamiku datang dengan mata merah dan sembab tak karuan.

          Seingatku, sewaktu berangkat ke kantor pagi tadi memang badan Alif agak panas. Tapi kupikir cuma karena dia kebanyakan makan ice cream cokelat kesukaannya. Lebih-lebih seharian kemarin, dia asyik bermain dengan sepeda baru yang dibelikan ayahnya. Jadi kupikir, yaa wajar karena kelelahan Alif jadi demam.

"Qie, Alif sudah tidak demam lagi. Alif sudah sehat, Qie," Habibie mencoba menenangkanku.
Aku tidak terima!! Kalau Alifku sudah sehat, mengapa para tetangga berkumpul? Mengapa baby-sitterku histeris begitu? Aku berlari menghambur ke kamar putraku sambil berseru memanggil namanya.
"Alif... ini Bunda, sayang. Bunda pulang, Nak. Jangan pergi, sayang. Ayo kita buka kolam renang birunya, kita isi air sampai penuh. Bunda mau mandiin Alif. Alif jangan pergi, Bunda sudah belikan Handuk Ben 10 seperti pesananmu. Nih, lihat! Alif bangun sayang, ini Bunda. Maafkan Bunda, sayang...." ceracauku tiada henti.

Aku terus berusaha membangunkan Alif. Aku guncang-guncangkan tubuhnya. Aku peluk, mencoba memberi kehangatan untuk tubuhnya yang semakin dingin.
"Aliiiif..... Aliiiiif..... Alif....." Aku terus meratap penuh sesal.
"Ayo Qie, kita mandikan Alif bersama," ajak suamiku perlahan mengambil Alif yang sudah terbujur kaku di pelukanku.
***

EPILOG

          Cerpen ini kubuat karna TERINSPIRASI oleh tulisan mba Asma Nadia yang berjudul "BUNDA BEKERJA ATAU DI RUMAH?" dalam buku Sakinah Bersamamu nya.

         Biasanya beberapa alasan yang menyebabkan wanita memilih menjadi wanita karir, diantaranya adalah penghasilan suami yang belum memadai, sehingga merasa perlu bekerja agar keuangan keluarga bisa tercukupi. Bekerja bagi sebagian wanita juga bisa diartikan untuk menambah wawasan, menambah pengalaman, menarik juga karna mau ngga mau berhadapan dengan banyak manusia. Seperti tokoh cerpen saya di atas (Aisyah). Suaminya seorang Direktur Perusahaan Pengadaan dan Pengembangan Lab Bahasa, dia punya rumah pribadi dua lantai dengan perlengkapan lengkap di dalamnya (mulai dari tusuk gigi sampai mesin cuci, hehheeee...), punya 2 mobil, 1 motor, 2 sepeda, 1 Baby-sitter, 2 pembantu, dan 1 tukang kebun (MasyaALLAH, sepertinya ini mah harapan si Penulis, hehheee, aamiin yaa Rab ^_^), tapi Aisyah tetap memilih untuk bekerja menjadi wanita karir (Eits, tapi untuk Penulis, cukup jadi PNS Guru Bahasa Inggris aja deh, aamiin).
          Dan tidak sedikit pula yang memilih menjadi wanita karir ketimbang ibu rumah tangga, lebih karna menghindari kejenuhan dan suasana di rumah yang melulu itu-itu saja.
So, saya bertanya, mau jadi apa kita? (kita? Lo aja kali, gua ngga, hehheee, keingetan gaya murid-muridku :p) Menjadi wanita karir kah atau Ibu rumah tangga kah?
          Namun, menjadi ibu rumah tangga tidak perlu merasa rendah diri, apalagi hidup dengan perasaan iri hati kepada para ibu yang bekerja. Sebab hal yang tak bisa dinilai dengan apapun adalah jika kita bisa memberi perhatian pada anak, sehingga anak tumbuh dan berkembang dengan baik, serta tujuan membentuk keluarga yang sakinah dapat tercapai. Jangan sampai terjadi penyesalan seperti cerita saya di atas.

          Terakhir dari saya, jadi Mommies yang bekerja atau Mommies rumahan, apapun, jika dijalani dengan keikhlasan dan tetap dalam rambu-rambuNya, semoga bernilai ibadah yang menjadi tambahan kebaikan bagi bekal kita saat menghadapNya. Ayo pembaca, bilang aamiin...
in My Bedroom
Rabu, 21 September 2011
12:55pm


with Love,
_Fichri MauLida_

Tuesday, September 20, 2011

LAMARAN THE 3 MUSKETEERS


          Rena sedang bingung. Tiga cowok mendadak melamarnya pada saat yang hampir bersamaan. Tidak ada kebingungan yang membingungkan selain kebingungan menentukan pilihan...

         Cowok pertama, YUDI, dikenalnya pas nonton Duo Maia nyanyi di panggung utama Pekan Raya Jakarta (PRJ) di Senayan. Waktu itu Yudi yang asyik merekam pake Handycam, ga sengaja menginjak kaki Rena yang memakai sandal imut bergambar sapi (secara Rena kan paling suka sama sesuatu yang ber-Icon sapi).
"Aduuuh!!!" teriak Rena kesakitan. Yudi menoleh. Mata mereka bersitatap, Yudi pun terpana. "Hati-hati dong, kaya kamu aja yang pengen lihat Duo Maia tampil. Belum pernah kelilipan ciki yaa!?" marah Rena sambil nyodorin seplastik Ciki yang baru saja dibelinya (bagi yang pernah ke PRJ, pasti tau ciki yang Penulis maksud ^_^)
Yudi tersenyum tapi heran. "Ciki??? Saya Yudi, senang dapet ciki dari kamu.." jawab Yudi yang mengira bakal dikasih ciki sama Rena (efek salah dengar karna faktor kebisingan di sekitar, hehhee..) "Emm, kaki kamu ga apa-apa kan...?" lanjut Yudi.

          Mendengar suara dan tatapan lembut Yudi, sebenarnya Rena agak kelepek juga. Udah lebih dari 2 tahun dia haus akan kasih sayang seorang kekasih. Tapi dia harus JAIM dong, alias Jaga Image dan Jaga Iman. Rena menggoyang-goyangkan 10 jari kakinya dengan lentur. "Nggak apa-apa tuh...!"
Yudi memperhatikan wajah Rena dengan seksama, di pikirannya: Hidungnya mancung banget nih cewek, tahi lalat di bawah mata kanannya, maniiis...
(Hahhaaa, Penulis NARSIS! Ga apa-apa dong, kan di Blog sendiri, hehheee..)
Sedangkan Rena menganalisis pribadi Yudi:
Hmmm, cukup menyenangkan, sepertinya orangnya loyal, tapi sayang doi kurang tinggi deh untuk Aku...

"Cowok kamu mana?" tanya Yudi.
Rena menggeleng kuat-kuat.
"Belum punya cowok tuh! Kenapa? Emang kamu mau jadi cowok Aku ya?" jawab Rena sok PD.
"Eng...." belum sempat Yudi melanjutkan ucapannya, tiba-tiba Rena berkata, "Aku ga niat punya cowok, Aku mau langsung nikah aja."
"Memang kapan kamu mau nikahnya?" tanya Yudi kembali.
"Mungkin tahun depan.. Aku sih berharap ketika Aku dapat Ijazah S1 plus dapat Ijab sah." jawab Rena dengan mantap.
"Kalau gitu, boleh dong Aku nunggu kamu?" goda Yudi penuh harap.
Rena hanya tersenyum tersipu malu.

           Kemudian keduanya tukeran nomor HP dan akun Facebook. Nah, sejak itulah mereka berdua dekat dan selalu keep contact entah via sms ataupun chat. Yudi yang seorang Ahli Programmer dan berkumis tipis itu merasa menemukan keceriaan bersama Rena. Dan tepat 10 hari setelah perkenalan itu, Yudi meminta Rena untuk menjadi istrinya. Tapi dasar Rena yang jinak-jinak merpati, lamaran digantung begitu saja kaya menggantung handuk di tiang jemuran. Sikap yang mana bikin cowok geregetan sekaligus pengen nonjok, hehheee...
***

          Tak lama berselang hadir cowok kedua,
IRWAN. Cowok yang bekerja di salah satu perusahaan Asuransi Swasta terkemuka ini berperawakan tinggi kurus, paling suka begadang, perokok berat, dan agak Playboy. Ketemuannya di sebuah Rumah Makan Betawi.

         Rena sengaja mampir ke rumah makan tersebut untuk membeli soto betawi, karna dia tau pada hari itu Ibunya masak masakan yang dia tidak selera. Waktu itu Rena baru pulang kuliah sambil nenteng buku banyak banget (repot deh pokoknya).

         Tiba-tiba Rena melihat anak yang punya rumah makan tersebut, yang baru belajar merangkak, hendak mengambil mobil-mobilannya yang terlempar ke kolong meja. Tapi sayang, sebelum niatnya kesampaian, buku-bukunya jatuh berserakan di lantai. Irwan refleks berusaha menolong merapikan buku-buku Rena yang berjatuhan. Tangannya gak sengaja bersentuhan dengan tangan Rena. Ada sedikit rasa 'serrr' mengalir di hati Rena. Tapi pas Rena mendongak, matanya kelilipan (maklum karna rumah makan betawi terletak di pinggir jalan). Dia mengedip-ngedip. Ting! Sebuah kedipan yang dimaknai 'undangan' oleh Irwan.
"Boleh tau nomor HP kamu?" Irwan mulai menebar senyuman buayanya.
"Apa...?" jawab Rena lugu, tangannya tak henti mengucek-ngucek mata.

          Irwan pelan-pelan mendekat hendak meniup mata Rena. Niat itu secara refleks ditepis Rena. Irwan pantang mundur. Dengan gaya lembut dia coba mendekat lagi. Alih-alih berakhir Romantis, Irwan malah mendapati bunyi PLAK! pada pipinya. (Maaf, ini kepentingan alur, aslinya sih Penulis ga akan pernah melakukan itu ke siapapun!!)
Irwan tersentak. "Wow! Kamu sensasional sekaleee...!" puji Irwan spontan sembari mengelus pipinya yang jadi ungu.

          Tiga hari kemudian, Irwan yang berhasil mendapatkan nomor HP Rena dari pemilik rumah makan betawi (secara Rena kan pelanggan setia rumah makan itu, sampai pernah pake jasa Delivery segala lagi), sering mengirim ungkapan-ungkapan cinta kepada Rena. Mulai dari memanggilnya 'Cantik' hingga rayuan gombal lain yang pada umumnya dapat meluluhkan hati wanita.

          Suatu siang, Irwan menelepon. "
Gimana, Ren? Aku butuh kepastian kapan kita bisa jalan-jalan ke KUA? Ini bukan iseng. Aku serius cari Istri, dan Aku menemukan kecocokan denganmu. Apa jawabanmu?" tanya Irwan penuh harap.
Zzz,,,zzz,,,Zzzz,,, Rena malah ketiduran karna kekenyangan sehabis menyantap nasi soto betawi yang dikirimkan Irwan sebelumnya, beserta sebatang cokelat, dan ice cream ukuran 1 liter. Dan.... -plip- keputus deh teleponnya. Maka benar adanya kata-kata bijak yang berbunyi: "Makanlah ketika kau lapar dan berhentilah sebelum kau kenyang" :D

          Tapi bagi Irwan, isyarat penolakan itu berarti tantangan. Dan untuk mendapatkan kepastian butuh pengorbanan.
***

          DONI adalah cowok ketiga. Blasteran Tegal dan Betawi ini stereotip manusia yang resah dengan kehidupan sekaligus pasrah pada kehendak Tuhan YME.
Intinya: Sholeh tapi Gaul.

          Doni yang menjadi Guru Komputer ini muncul ketika Rena sedang bingung hendak berangkat ke Kampus naik apa, busway kah atau ojeg kah?
Yapz! Memang sebelumnya Rena sudah berteman dengan Doni di Facebook, hubungan mereka hanya sebatas percakapan lewat chat atau comment status, itupun tidak intens.

          Ketika Rena sedang online, kebetulan sekali Doni pun sedang online. Berawal dari iseng dan hendak nge-tes cowok itu, Rena pun meminta Doni untuk mengantarnya ke Kampus. Ternyata, tanpa disangka, Doni menyanggupi permintaan Rena (apa semua cowok kalau ada maunya, pasti selalu meng-Iya-kan permintaan cewek yaaa? *MikirModeOn*).
Singkat cerita, berangkatlah mereka ke Kampus Rena tercinta.

         Keesokan harinya, ketika keduanya sedang online, Doni memulai chat-nya kepada Rena:
Doni
Hai, lg pa nih? Udh mkn blm? -ping-
Rena:
Hai juga, lg iseng OL, blm mkn -ping-
DoniIiih, makan dong, jangan telat makan coz nti sakit loh.. kalo kmu sakit, aq sedih.. -ping-
Rena
Aduh, Rayuan Gembel yaa, hehheee :p -ping-
Doni:  
Oya, aq mau jujur sm kmu, stiap aq shalat minta pendamping hidup ke ALLAH, entah knp nama kmu yg slalu tbersit di benakku.. -ping-
Rena: (Haaah, yg bener aje, sedetik pun gue ga pernah kepikiran elo.. *MupengModeOn*)
Rena hanya terdiam, sampai muncul chat Doni berikutnya..
Doni
Kok ga di bls? Gmn, aq boleh kan jd pendamping hidup kmu? -ping-
Akhirnya Rena memutuskan utk Go Offline..
***
EPILOG

          Cerpen ini Aku buat atas respon ketidakpercayaanku dan kebingunganku akan "Lamaran" dari 3 Cowok kepadaku beberapa pekan terakhir ini. Entah mereka sedang mengetesku atau mereka hanya iseng saja atau memang lamaran itu datang dari lubuk hati mereka. Jika Iya, wah, rugi dong Aku coz Aku pernah baca di suatu buku, dalam buku itu menjelaskan:
"Kadang Tuhan membiarkanmu melakukan beberapa kesalahan sebelum kamu melakukan sebuah kebenaran..
Kadang Dia juga menyediakan beberapa kesempatan sampai kamu menyadari bahwa salah satunya adalah benar-benar milikmu.."

Hmmm, wallaaHu a'lam bish showaab..
Yang Aku yakini adalah, ALLAH swt telah mempersiapkan seseorang yg baik untukku dan waktu yang tepat untukku bertemu dengannya. Ya, Aku yakin sekali itu.
Oya, nama-nama Tokoh di cerpenku ini BUKAN nama asli loh yaa.. Sekalipun ada kemiripan nama tokoh, tempat, atau alur cerita, yaaa Aku mohon maaf :D



in My bedroom,
Selasa, 20 September 2011
00:07am
with Love,
_Fichri MauLida_